Aisyah (ra), Wanita yang Hadir dalam Mimpi Rasulullah

Judul : Aisyah (ra), Wanita yang Hadir dalam Mimpi Rasulullah
Penulis : Sibel Eraslan
Penerjemah : Akhmaad Nur Ikhwan Taqwim
Penerbit : Kaysa Media
ISBN : 9789791479899
Tebal Buku : 438 Halaman
Rating : 5 dari 5


Untuk mengetahui hakikat cinta
perlu pengorbanan untuk siap tak kembali dari perjalanan sengsara ini
teman kalian telah mengajarkan pada kita
Jangan bersedih sebab keinginannya telah terwujud
Dia bukan pengembara lagi, melainkan jalan itu sendiri
Diam adalah obat cinta
Sabar adalah para tentara pemberani kerinduan
Perjalanan cinta ini takkan bisa dilalui tanpa memakai baju api pengorbanan…
(Halaman 129)

Aisyah adalah ummul mukminin, ibunya kaum mukmin. Aisyah adalah putri Abu Bakar Ash Shiddiq, termasuk salah satu dari orang-orang yang pertama kali masuk Islam. Dalam kisah ini, dicertakan melalui lima fase, lima waktu Aisyah yang dirangkum dengan judul lima waktu shalat. Merupakan fase kehidupan seorang Humaira, dari dirinya masih kecil hingga fase setelah Rasulullah wafat. Kisah ini diceritakan dalam sudut pandang orang pertama, penulis berupaya merangkum segala informasi yang dimiliki mengenai biografi Aisyah lalu menceritakannya kembali sehingga membuat pembacanya begitu dekat dengan sosok ibunda Aisyah.

Subuh
Subuhnya Aisyah adalah masa di mana Aisyah kecil. Abu Bakar adalah orang terpandang oleh kaumnya, dan Aisyah sangat mencintai ayahnya. Keluarganya menunggu kepulangan ayahnya dari perjalanan dagang dengan harapan yang berbeda-beda. Bagi Aisyah, bagian yang ia dapat dari perjalanan ayahnya adalah kehangatan dan kenyataan. Baginya, sang ayah adalah dunia, seluruhnya untuknya. Aisyah kecil lantas menceritakan bagaimana keadaannya kepada ayahnya. Lantas Aisyah menceritakan bagaimana keadaan Mekah selama ditinggalkan Abu Bakar, dan ia juga menceritakan pada ayahnya bahwa dia sudah mengalahkan teman-temannya dalam permainan semut bersayap. Aisyah pun senang diceritakan dongeng oleh ayahnya.

Masa kecil Aisyah juga adalah masa di mana risalah kerasulan diemban oleh Muhammad SAW. Abu Bakar mendengar hal tersebut dan langsung menyatakan keIslamannya. Abu Bakar menjadi orang kedua yang berislam setelah Khadijah istri Rasulullah. Seluruh keluarganya mengikuti jejak ini kecuali kakek Aisyah yang bernama Abu Khuafa.

Aisyah memiliki seorang kakak perempuan sekaligus sahabatnya, Asma. Asma seorang yang bersifat keibuan bahkan sebelum ia menjadi ibu. Dengannya, Aisyah merasa memiliki dua orang ibu selain Ummu Ruman ibu kandungnya. Ia seperti perahu yang dilindungi oleh dua pelabuhan. Asma adalah simbol pengertian, kesempurnaan, kelembutan, dan kewibawaan. Di dalam buku ini, saya jadi tahu bahwa Asma adalah kakak tirinya Aisyah, buah pernikahan ayahnya dengan istri terdahulu. Asma adalah teman, Asma adalah Sahabat baginya yang di mana ia berbagi ilmu maupun pengetahuan kepadanya.

Zuhur
Zuhur adalah waktu siang, waktu di mana cobaan dan ujian, serta bukti-bukti kebenaran akan muncul. Sebelumnya, rumah Aisyah ramai dikunjungi oleh tamu yang bahagia, namun saat mereka memeluk Islam, tamu yang datang adalah orang-orang yang menghadapi berbagai kesulitan. Mereka meninggalkan hal-hal yang berbau kemegahan dan hidup dengan sederhana. Ayahnya mengerahkan segala upaya untuk membebaskan budak-budak yang menyatakan keIslamannya dan mendapat siksaan dari tuannya. Salah satunya adalah Bilal. Bilal tidaklah lagi seorang budak, Abu Bakar telah berkali-kali berusaha menyelamatkannya. Bilal beserta teman-temannya yang bernasib sama menjadi tamu terhormat di kediaman Abu Bakar. Rumah mereka berubah menjadi rumah penyembuhan di mana Aisyah dan Asma berlaku seperti seorang perawat.

Ada lima jenis kegelapan wahai Aisyahku,” ucap ayah suatu hari. “Jika kau terlalu cinta dan terikat pada dunia, masalah itu layaknya kegelapan malam. Kehambaan dan ketakwaanmu semoga menjadi lilin yang menerangi kegelapan,, wahai Humaira. Jika kau nyalakan lilin dengan bertobat, kau akan selamat dari siksaan dosa, wahai Putriku.

“Aisyah, kubur pun akan menjadi kegelapan. Kita perlu persiapan untuk menghadapinya. Mengucapkan kalimat syahadat adalah cahaya terang kubur, lilin kubur, wahai Putriku.


“Akhirat juga merupakan kegelapan yang tiada tara. Hanya dengan amal baik kau akan bisa menerangi alan itu. Pun dengan jembatan Shiratal Mustaqim, Aisyah. Jalan itu hanya bisa diterangi dengan iman yang mantap.”


Abu Bakar menjadi saksi sekaligus orang yang berada dalam barisan depan pendukung Rasulullah. Ia mengerahkan segala upaya untuk membesarkan agama ini. Suatu hari ketika ia bersama Rasulullah dipukuli hingga pingsan oleh kaum musyrikin, ketika sadar yang dipinta terlebih dahulu adalah mengetahui bagaimana keadaan Rasulullah. Masa awal-awal penyebaran Islam benar-benar masa di mana banyak sekali cobaan yang menimpa mereka. 

Lalu peristiwa itu terjadi, di mana Rasulullah mempersunting Aisyah pada usianya yang keenam belas tahun. Dikatakan bahwa Aisyah adalah seseorang yang diperlihatkan dalam mimpi. Beberapa waktu setelah pernikahan itu terjadi, Aisyah tentu berharap bahwa hari-hari kesedihan akan berakhir. Beberapa utusan telah memberitahukan bahwa kaum muslimin yang hijrah ke Madinah sudah sampai dan yang lainnya menunggu kapankah perintah Allah akan turun kepada yang lainnya.

Dan hari hijrah itu pun tiba. Rasulullah datang ke kediaman Abu Bakar dan menyampaikan sebuah berita penting. Mereka harus segera pergi ke Madinah, dan untuk mengecoh makar kaum musyrikin yang akan membunuh Muhammad, dijalankanlah sebuah siasat. Ali akan menggantikan Rasulullah di kamarnya sementara Rasulullah pergi berhijrah bersama Abu Bakar. 


Ashar
Hari-hari ashar adalah masa di mana di mana dakwah mulai berkembang, perkembangan Islam pada periode Madinah, turunnya perintah puasa, dan banyak lagi momen penting yang diceritakan pada bagian ini. Masa ashar juga waktunya di mana dibangunnya penguatan Islam sebagai basis pemerintahan, melawan pemberontakan. Beberapa peperangan yang dilalui umat muslim di antaranya perang badar--di mana kaum muslimin kalah jauh dari kuantitas namun berhasil meraih kemenangan di sini, perang uhud--di mana saat-saat ditimpanya ujian bagi kaum muslimin, kekalahan karena kelalaian dalam menaati komando, dan juga banyaknya orang-orang yang dicintai Rasulullah yang syahid dalam perang ini, juga perang khandaq.

Namun selain itu, hubungan pernikahan Rasulullah dengan Ibunda Aisyah di bagian ini diceritakan dengan begitu romantis. Bagaimana sosok Aisyah yang pencemburu menghiasi kehidupan rumah tangga mereka. Tentang hubungan para istri-istri Rasulullah pun disajikan dengan begitu manis. Juga, tentang peran Aisyah yang cerdas, kritis, terutama banyak sekali terlontar pertanyaan seputar Islam maupun ajaran yang disampaikan Rasulullah pada ummatnya. Seperti misalnya saya tulis dalam cuplikan di bawah ini.

Rasulullah tak pernah marah dengan pertanyaan-pertanyaanku maupun rasa ingin tahuku yang tak ada akhirnya.

“Ada satu hal yang aku ingin tahu ya Rasulullah…?”

“Apa itu Aisyah…?”

“Apa arti ayat ‘yaitu pada hari ketika bumi diganti dengan bumi lain dan demikian pula langit, dan mereka semuanya berkumpul menghadap kehadirat Allah yang Maha Esa lagi Maha Perkasa’. Begitu firman Allah dalam sebuah ayat al-Quran. Jika muka bumi dan langit tak akan sama dengan yang sekarang… pada hari itu di manakah manusia akan dikumpulkan?”

Rasulullah mengungkapkan kegembiraannya karena tak seorang pun yang bertanya seperti pertanyaan ini kepadanya sampai saat ini.

“Ya Aisyah… di hari itu manusia akan berada di Shirat…”

Aku mulai menangis. Rasulullah langsung bertanya apa yang terjadi pada diriku.

”Aku memikirkan akhirat. Apakah di hari-hari itu engkau masih akan ingat kepadat Ahli Bait dan keluargamu?”

Seketika itu wajahnya berubah serius. Rasulullah memberikan jawaban seakan-akan dia berada di momen itu.

“Aku bersumpah kepada Rabb-ku ada tiga keadaan yang seseorang tak bisa mengingat satu sama lain. Pertama, ketika amal-amal ibadah ditimbang, tanpa mengetahui apakah pahala atau dosa yang lebih berat. Kedua, ketika catatan amal dibagikan, tanpa mengetahui dari arah kanan atau kiri catatan itu dibagikan. Ketika, di jemabatan Shirat sampai ia melewatinya. Di tiga tempat itu manusia takkan kenal satu sama lain…”

Tangisku pun semakin bertambah keras mendengar jawaban itu. Rasulullah membelai rambutku lembut penuh kasih sayang.

Ketika Rasulullah terus membahas mengenai betapa sulit hari perhitungan, aku bertanya penasaran, “Ya Rasulullah, apakah Allah juga berfirman mengenai orang-orang yang dimudahkan di hari perhitungan?”

“Itu berhubungan dengan yang ditawarkan, bukan soal perhitungan. Yang hitungan amalannya sedikit, ia akan musnah…”


Atau di sini juga, ketika Rasulullah menjelaskan tentang kandungan surah At-Tahrim:

Suatu hari Rasulullah SAW ditanyai mengenai hak-hak anak dari seorang ayah. Beliau mengutip surah at-Tahrim ayat 6. “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api nearaka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu.” Beliau melanjutkan, “Hak-hak seorang anak dari ayahnya aialah mengajari menulis dan membaca, berenang, dan memanah.”

Di suatu waktu yang berbeda Beliau berkata, “Hak seorang anak dari ayahnya ialah memberi nama yang bagus, mendidik adat, dan sopan santun. Ketika sudah balig, menikahkannya dan mengajarinya membaca Kitab.”

“Kalian semua adalah penggembala,” ucapnya kepda orang-orang. “Kalian bertanggung jawab atas apa yang kalian gembalakan.”


Sebagai seorang wanita, tentu Aisyah ingin sekali merasakan menjadi seorang ibu. Suatu hari ia menceritakan keinginannya tersebut dengan harapan bahwa Rasulullah akan mendoakannya. Namun, Rasulullah mengucapkan kalimat untuk membesarkan hati Aisyah bahwa Aisyah sudahlah menjadi seorang ummul mukminin, ibunya kaum mukmin dan muslim.

Maghrib
Kita sudah sampai di fase maghrib, di mana kaum muslimin di Madinah semakin menguat. Kelompok-kelompok muslim yang berada di wilayah lain juga menginginkan adanya seorang pemimpin. Pemerintahan Islam berpusat di Madinah dan perlahan meluas ke seluruh wilayah sekitarnya. Rasulullah juga mengutus sahabat-sahabatnya untuk melakukan ekspansi dan melaksanakan misi dakwah penyebaran Islam. Peristiwa yang penting lainnya di fase ini adalah ibadah haji wada' yang dilaksanakan oleh Rasulullah. Dengan kurang lebih seratus ribu orang banyaknya mereka pergi ke Mekah untuk melaksanakan ibadah haji. Di sini Rasulullah membacakan khutbahnya.

Salah satu bagian yang sangat menarik bagi saya adalah pada bagian yang menceritakan mengenai istri-istri Rasulullah. Di sana saya cukup mendapatkan informasi tentang bagaimana para ummul mukminin berinteraksi dengan segala kelebihan dan kekurangan mereka. Perlu diberitahukan sebelumnya, bahwa Rasulullah menikahi banyak wanita tidak hanya sesuatu yang bersifat duniawi semata, melainkan ada misi dalam upaya penyebaran agama Islam di sana, juga untuk menyelamatkan harkat dan martabat perempuan juga. Saya akan coba bahas satu per satu:

  • Khadijah al-Kubra
Khadijah adalah orang yang paling disayangi dan dicintai oleh Rasulullah. Khadijah orang pertama yang menyatakan keIslamannya, dan dari Khadijah pulalah garis keturunan Rasulullah berlanjut. Bahkan setelah wafat, Rasulullah terus saja memuji kebaikan hati Khadijah sehingga terkadang membuat Aisyah cemburu. Rasulullah mencintai teman-teman Khadijah dan tetap menyambung silaturahim dengan mereka. Di hari penaklukan Mekah, Rasulullah mengistirahatkan pasukannya di tempat yang tidak mereka kenal. Dan ternyata, itu adalah tempat peristirahatan terakhir Ibunda Khadijah. Khadijah merupakan Mekah bagi Rasulullah.
  • Saudah binti Zam'ah
Saudah adalah istri kedua Rasulullah yang ia nikahi sepeninggal Khadijah. Saudah dikenal sebagai istri Rasulullah yang berakhlak sangat baik, akhlaknya cerdas, dan bersifat keibuan. Dia sangat mencintai Aisyah, memahami sikap kekanak-kanakannya serta kurangnya pengalaman Aisyah. Saudah bahkan sering memberikan haknya untuk Aisyah.
  • Hafshah binti Umar
Hafshah adalah putri Umar bin Khathab. Setelah suaminya syahid, dia menikah dengan Rasulullah. Hafshah tumbuh di lingkungan dengan akhlak yang baik. Rasulullah menugaskan Syifa binti Abdullah untuk membantu Hafshah belajar seperti menulis dan membaca. Aisyah dan Hafshah adalah sahabat dekat, bahkan di antara istri-istri Rasulullah merekalah yang paling kompak. 
  • Zainab binti Khuzaymah
Secara umur, Zainab lebih tua dari Aisyah. Dia sudah dalam keadaan sakit ketika menikah dengan Rasulullah. Dia mendapat kehormatan untuk menjadi istri Rasulullah kurang lebih selama dua bulan.
  • Ummu Salamah
Ummu Salamah adalah wanita yang suaminya meninggal dunia. Dia ikut dalam hijrah ke Habasyah (Etiopia), melewati berbagai macam rintangan. Ummu Salamah merupakan wanita dengan kepintaran, kecerdasan, dan kesucian yang dikagumi oleh Aisyah.
  • Juwayriah binti Harits
Juwayriah adalah putri Harits bin Abi Dirar, pemimpin Bani Mustaliq. Juwayriah merupakan salah satu tawanan perang muraisi'. Dia menjadi janda ketika suaminya terbunuh dalam perang. Ia bermaksud untuk melakukan perjanjian bahwa apabila ia bisa menebus dirinya, maka dia akan mendapatkan kebebasan. Tapi dia tidak memiliki sesuatu pun untuk membayar tebusan tersebut karena harta kekayaannya telah ditahan. Dia datang ke rumah Rasulullah dan meminta bantuan. Lalu Rasulullah memutuskan untuk melakukan pembayaran tebusan dengan menikahinya. Keputusan Rasulullah ini bukan didasarkan oleh nafsu, melainkan karena hubungan dilomatik yang bisa dibangun dengan perantara wanita yang akan beliau nikahi. Benar saya, Juwayriah menjadi perantara bagi ayahnya dan hampir seluruh Bani Mustaliq untuk masuk Islam.
  •  Zainab binti Jahsy
Zainab merupakan putri bibi Rasulullah. Awalnya Zainab menikah dengan Zaid yang dicintai Rasulullah layaknya anak sendiri. Namun Allah memberi perintah kepada Rasulullah untuk menikahi Zainab untuk memecahkan pertentangan mengenai anak angkat dan perbudakan. Zainab adalah wanita bertakwa, jujur, dan pemberani. Ketika ada fitnah mengenai Aisyah, saudara perempuannya termasuk orang yang menyebarkan berita ini. Namun, Zainab mengatakan bahwa Aisyah berkata benar dan ia seorang wanita suci yang baik kepada semua.

Suatu hari Zainab marah kepada Shafiyah sampai membuat dirinya berkata sesuatu yang buruk mengenai asal-usul Shafiyah yang berasal dari keluarga Yahudi. Akibatnya Shafiyah berlari menuju Rasulullah sambil menangis. Rasulullah menanggapi keluhan dengan mengatakan, "Jika mereka menyakitimu seperti itu, beri jawaban kepada mereka seperti ini: Aku adalah istri Rasulullah, ayahku adalah Nabi Harun, pamanku adalah Nabi Musa..."

Tapi, masalah tidak berhenti begitu saja. Ada masa di mana hampir kurang lebih dua bulan Rasulullah tidak berbicara dengan Zainab. Suatu hari ia meminta Aisyah untuk memintakan maafnya kepada Rasulullah. Setelah permohonannya itu, barulah kemudian Rasulullah mulai berbicara kembali dengan Zainab.

Salah satu sifat Zainab yang paling menonjol adalah kedermawanannya. Di rumahnya, dia punya sebuah ruangan untuk merajut. Di sanalah ia merajut pakaian-pakaian yang diberikan kepada anak yatim, perempuan miskin dan tak mampu yang akan menikah. Dia merajut lalu hasil rajutannya disedekahkan.

Suatu ketika, Rasulullah sedang berbicara dengan istri-istrinya, mereka bertanya kepada beliau. "Ya Rasulullah, siapakah di antara kami yang akan masuk ke surga pertama kali?" Rasulullah menjawab sambil tersenyum, lantas berkata, "Seseorang di antara kalian yang memiliki tangan dan lengan panjang, dialah yang pertama masuk surga..." Begitu mendengar ucapan Rasulullah itu, mereka langsung meluruskan lengan dan mulai saling mengukur panjangnya satu sama lain :"> Melihat itu, Rasulullah pun ikut juga mengukurkan tangannya. Namun akhirnya, Rasulullah menerangkan bahwa arti tangan dan lengan yang panjang itu adalah infak, saling membantu, dan kebaikan. Perkataan Rasulullah membuat mereka semua langsung menatap Zainab karena memang ia lebih unggul dalam hal berinfak.

"Aku tidak pernah melihat seseorang yang lebih taat, jujur, dermawan, dan bersemangat untuk mendapatkan ridha Allah daripada Zainab."
  • Ummu Habibah
Ummu Habibah adalah putri Abu Sufyan. Ya, Abu Sufyan yang itu, pemuka Mekkah yang paling tega. Sebelum masuk Islam, Ummu Habibah adalah penganut agama Ibrahim. Bersama suaminya, Ubaidillah, mereka salah satu di antara sekian orang yang tak pernah menyembah berhala. Mereka juga orang yang pertama menerima ajakan Islam, bersama-sama hijrah ke Habasyah. Ummu Habibah adalah seorang perempuan Muhajir yang pemberani dan menunjukkan kesetiaan kepada Islam meskipun mendapatkan banyak tekanan. Suaminya memutuskan untuk memeluk agama kaum Habasyah, dan ini membuat Ramlah atau Ummu Habibah bingung dan bersedih. Bagaimana tidak, sekembalinya dari hijrah. Banyak kaum Muhajirin tidak berani menikahinya karena dia berasal dari kalangan tekemuka Mekkah. Apalagi dia tidak bisa kembali ke orangtuanya yang begitu menentang dakwah Rasulullah. 

Rasulullah mendengar kabar ini. Pada hari-hari sebelum perang khaibar, Rasulullah meminta Ummu Habibah untuk menjadi istrinya. Ummu Habibah sangat rapi dan bersih. Rasulullah bahkan memuji akan hal ini. Ummu Habibah telah mengunjungi banyak tempat, mengenal banyak orang berbeda, mengetahui banyak negara dan kota, serta beradab. Seperti itulah Ummu Habibah.
  •  Maimunah binti al-Harits
Nama aslinya adalah Barrah, namun Rasulullah menggantinya dengan Maimunah. Pada tahun ketujuh setelah kemenangan di Perang Khaibar, Rasulullah sebenarnya tidak berniat untuk menikah lagi ketika sedang perjalanan melaksanakan umrah. Namun ketika mengetahui bahwa Maimunah putri Harits yang lahir salah satu keluarga terkemuka Makkah menjadi janda, Rasulullah berniat untuk menikahinya sebagai penghormatan atas keluarganya. Pernikahan ini akan mempererat hubungan kekeuargaan di antara mereka.

Maimunah sedang menaiki untanya saat mendengar kabar tersebut. Dia sungguh bahagia, saking bahagianya dia berjanji bahwa unta yang tengah dikendarainya beserta semua apa yang ada di unta tersebut adalah milik Rasulullah. Pernikahan mereka berlangsung di sebuah tempat bernama Saraf. Perilaku Maimunah sungguhlah sangat terpuji, dia suka beribadah, memperhatikan hal-hal yang diperintahkan serta dilarang agama. Ketika Aisyah ditanya bagaimana Maimunah, jawab Aisyah, "Sungguh, Maimunah datang mengungguli kami semua."
  • Shafiyah binti Huyay
Shafiyah adalah putra Huyay bin Ahtab, seorang peimpin Yahudi Badi Nadhir. Huyay termasuk di antara orang Yahudi yang mengingkari Piagam Madinah setelah ditandatangani di masa-masa awal hijrah. Dia juga salah satu pemuka suku yang ikut mengepung umat Islam dalam perang Khandaq. Ayah, suami, dan saudara Shafiyah terbunuh dalam perang Khaibar.

Shafiyah sendiri termasuk di antara para tawanan perang dan dia menjadi bagian dari Dihyah Al-Kalbi. Namun Dihyah mengatakan bahwa Shafiyah lebih sesuai untuk Rasulullah karena putri pemimpin Bani Nadhir. Karena itu Rasulullah memanggil Dihyah sambil memberikan tawanan lain dan menanyakan pendapatnya. Sebenarnya, Shafiyah pernah mendengar mengenai Islam dan mengetahui soal Rasulullah. Tapi karena ayahnya, dia tidak dapat menjelaskan keinginannya dengan tegas. Setelah pembicaraan ini, Rasulullah embebaskannya dan memutuskan untuk menikahinya.

Kecuali Ummu Salamah, tak satu pun dari istri Rasulullah yang pernah melihat Shafiyah.

Dulu sebelum para pasukan Islam datang kembali ke Madinah membawa pampasan perang, mereka hanya mendengar bahwa Shafiyah begitu cantik, ini membuat istri-istri Rasulullah semakin penasaran. Ketika pasukan Islam tiba di Madinah, Shafiyah tinggal sementara di rumah Haritsah bin An-Numan karena rumah yang akan ditinggali dirinya belum selesai dibangun. Meskipun sangat penasaran mengenai Shafiyah, para istri Rasulullah tak bisa pergi karena terhalang harga diri mereka. Aisyah mengurus Barirah, pelayannya, untuk menilik ke tempat Shafiyah tinggal.

Barirah bertemu dengan Ummu Salamah di tengah jalan. Dia berkata, "Kalau kamu dikirim Aisyah, ketahuilah bahwa Shafiyah itu sangat cerdas, sopan, dan cantik. Dia dengan cepat telah mengambil cinta Rasulullah."
Tanpa membuang waktu, ia kembali ke rumah dan menceritakan hal ini. Awalnya Aisyah berpikir ucapan Ummu Salamah hanya untuk membangkitkan rasa cemburu di dalam diri Aisyah. Tapi, ia tetap tidak bisa menahan diri lagi. Kemudian, dia memakai baju dengan penutup besar sehingga tak seorang pun mengenalinya dan pergi menuju ke rumah Shafiyah.

Setelah memberi salam tanpa mengenalkan diri, Aisyah duduk di antara para wanita Madinah. ia menatap Shafiyah, mengamati tubuhnya, gerak-geriknya, dan gaya bicaranya. Sama seperti apa yang mereka katakan tentang Shafiyah. Aisyah pikir tidak ada yang mengenalinya, tapi rupanya Rasulullah tahu bahwa wanita itu adalah Aisyah.

Aisyah bercerita kepad Hafshah, dan Hafshah pun penasaran sampai ia memutuskan untuk melihat Shafiyah secara langsung juga dan hasilnya... "Benar Asiyah, semua sama seperti yang kau katakan..." Keduanya duduk diam berhadapan menatap tembok rumah. (Hihihi.)


Isya
Isya adalah masa di mana sepulang Rasulullah ke haribaan Allah SWT. Beberapa peristiwa terjadi seperti perpindahan tampuk kepemimpinan semasa Rasulullah. Abu Bakar menjadi khalifah, setelah Beliau wafat kemudian digantikan dengan Umar ibn Khathab. Lalu beralih pada Utsman bin Affan. Dan dilanjutkan oleh Ali ibn Abi Thalib.


***


Novel ini benar-benar memukau, sejarah panjang perjuangan ibunda Aisyah mulai dari kecil, lalu periode mendampingi Rasulullah dalam mengemban amanah kerasulan, hingga masa di mana Rasulullah wafat. Kisah disajikan dalam sudut pandang orang pertama membuat kita merasa dekat dengan Bunda Aisyah dan Rasulullah. Dalam novel, kisahnya terbagi menjadi lima periode di mana dijelaskan dalam kurun waktu shalat. Subuh, yakni masa kecil dan remaja Aisyah. Zuhur, masa di mana awal-awal dakwah Rasulullah dan masa pernikahan Aisyah dengan Rasulullah. Ashar adalah waktu di mana dakwah mulai berkembang, perkembangan Islam pada periode Madinah. Maghrib, adalah masa di mana jelang wafat Rasulullah SAW. Isya, adalah periode pasca wafat Rasulullah.

Nggak ada kata lain selain "mengagumkan" yang saya dapat dari membaca kisah ini. Sebenarnya kisah sirah yang membahas tentang ibunda Aisyah sudah cukup familiar apalagi di dalam kisah ini benar-benar pure menjelaskan tentang sirah nabawiyah dari sudut pandang Aisyah. Beberapa peristiwa dijelaskan dalam bentuk cuplikan, namun tentu saja familiar. Saya membaca ini seperti disajikan buku sejarah dalam paket yang memukau. Membacanya membuat terasa dekat dengan Rasulullah dan Bunda Aisyah itu sendiri yang mengambil sudut pandangnya dalam penceritaan. Ada juga informasi-informasi yang baru didapat dari membaca buku ini seperti tentang usia pernikahan Aisyah dan Rasulullah. Di buku sirah, kebanyakan menuliskan bahwa mereka menikah di usia 9 tahun atau bahkan ada yang menyebutkan 6 tahun. Saya jadi kroscek dengan membaca buku sejenis dan ternyata mendapatkan kesimpulan bahwa usia persisnya, banyak sejarawan yang memiliki pendapat berbeda. Tapi dikatakan bahwa usianya lebih dari 9 tahun. Hmmm, memang harus banyak menelaah lagi sih ya. Yang paling saya sukai adalah penjelasan mengenai perang Jamal. Sibel Eraslan mengemasnya dengan baik sekali terlepas bagaimana sebenarnya kebenaran yang terjadi. Saya sedih sewaktu membaca di beberapa sumber yang justru memperuncing jurang pemisah antara pihak yang berkepentingan di sana. Tapi di sini, argumen penguatnya benar-benar membuat saya terbuka pemahamannya. 


Ah ada bagian yang benar-benar membuat saya terkesan di dalam buku ini adalah ketika dibahas tentang hubungan istri-istri Rasulullah. Gemes banget bacanya sampai blushing-blushing sendiri. Bagaimana hubungan mereka, kecemburuan yang membumbui kisah-kisah yang terjadi di antara mereka. Namun itu sama sekali tidak ada artinya dibandingan sumbangsih yang diberikan ummahatul muslimin dalam penyebaran dan dakwah agama Islam. Terutama bagi Aisyah RA. Segala kebaikan tercurah padanya.


Jadi di blog saya menjelaskan dengan cukup rinci tentang bagian yang spesial ini ♡♡♡♡. Dan sepertinya karena saya pribadi kurang puas, nanti saya berencana bakal bikin tulisan untuk masing-masing Ibundanya umat muslim ini. Yeah semoga gak sepik atau PHP doang.


Kesimpulannya... Aisyah ini pencemburu banget, gemes deh xD Jadi kamu boleh jadi pencemburu kalau kualitas dirimu jauuuuh lebih besar dari sifat pencemburumu :p


Oh iya saya mungkin mau menambahkan, semoga Kaysa Media lebih baik lagi dalam hal terjemahan dan proses editingnya. Sayang banget kan ya novel sebagus ini, apalagi sehebat disuguhkan seorang Sibel Eraslan, harus sedikit merasa kurang nyaman di bagian penyuntingannya. Semoga jauh lebih baik lagi... kita semua butuh bacaan bagus yang ringan namun sarat makna dan pembelajaran.



A Game of Thrones

Judul : A Game of Thrones (Perebutan Takhta)
Pengarang : G.R.R. Marten
Penerjemah : Barokah Ruziati
Penerbit : Fantasious
ISBN : 9786020900292
Tebal Buku : 948 Halaman
Rating : 4 dari 5
Warning : Spoiler Alerts!!!




"Kalau kaubiarkan mereka melihatmu terluka dengan kata-kata mereka, kau takkan pernah terbebas dari ejekan. Biar saja mereka memberimu julukan. Terimalah dan jadikan julukan itu milikmu. Maka mereka takkan bisa menyakitimu lagi dengan julukan itu." [Tyrion kepada Jon, halaman 197]


"Rasa takut mengiris lebih dalam ketimbang pedang." [Arya, halaman 599] 


"Winter is coming..."

Negeri Matahari Terbenam adalah tempat di mana beberapa klan besar berkuasa dan berebut takhta. Klan Stark, di mana Winterfell adalah daerah kekuasaannya dipimpin oleh Eddard Stark atau dikenal dengan Ned Stark. Ia mempunyai seorang istri yang dipersunting dari Klan Tully, bernama Catelyn Stark, juga empat orang anak yaitu: Robb, Sansa, Arya, Bran, dan Rickon. Ah, dan satu lagi anak haram bernama Jon Snow (Snow adalah marga yang disematkan di tanah Winterfell untuk anak yang lahir di luar hubungan pernikahan). Saat itu, raja yang berkuasa di tujuh kerajaan adalah Robert Baratheon, yang hubungannya dengan Ned lebih dari saudara. Robert Baratheon sendiri menikahi seorang perempuan dari Klan Lannister bernama Cersei. Mereka dianugerahi tiga orang anak, Pangeran Joffrey (sang putra mahkota), Putri Myrcella, dan Pangeran Tommen. Lannister sendiri adalah sebuah klan besar dengan harta kekayaan yang melimpah. Ayah Cersei, Tywin Lannister mempunyai tiga orang anak, Cersei dan Jaime (mereka kembar), dan Tyrion yang terlahir kerdil.

Jon Arynn semula adalah Tangan Kanan Raja. Namun Jon Arynn meninggal secara mendadak pada suatu hari. Lysa Arynn, janda Jon Arynn menyampaikan kecurigaannya bahwa suaminya meninggal karena diracun atau dibunuh oleh Lannister. Lysa menyampaikan kecurigaan tersebut pada kakaknya, Catelyn dan meminta suaminya untuk menyelidiki juga. 

Raja mengadakan kunjungan ke Winterfell membawa keluarganya, dengan maksud meminta Ned untuk menggantikan posisi Jon Arynn sebagai Tangan Kanan Raja. Ned Stark dan istrinya Catelyn, diam-diam tidak setuju dengan pengangkatan itu. Mereka tahu konsekuensi yang didapat jika Ned masuk ke dalam lingkungan kekuasaan raja. Kehidupan yang aman bersama anak dan istrinya di Winterfell tidak akan didapatkan di sana. Namun akhirnya, Ned menduduki jabatan itu juga. Ia mengatakan kepada istrinya bahwa akan membawa serta ketiga anaknya, Sansa, Bran, dan Arya. Robb akan menggantikan posisi Lord di Winterfell bersama dengan Catelyn. Sementara Jon Snow? Tidak ada tempat untuk anak haram di manapun, Jon menyadari itu, sehingga dia memutuskan untuk bergabung dengan Garda Malam bersama pamannya Benjen Stark. Konsekuensinya, Jon harus mengabdikan hidupnya untuk kelangsungan pasukan. Tidak boleh menikah dan punya anak, mengucapkan sumpah kesetiaan pada Garda Malam hingga tutup usia, tidak ikut campur dalam urusan klan manapun, dan mengabdikan hidupnya pada kerajaan.

Sebelum kedatangan raja, saat keluarga Stark sedang berburu, Robb menemukan seekor direwolf mati yang meninggalkan anak-anaknya. Jon mengusulkan kepada sang ayah (karena jumlah anak yang ditinggalkan sama dengan jumlah anak-anak Ned) agar mereka diperbolehkan memelihara binatang simbol Klan Stark tersebut. Robb menamakan serigalanya Grey Wind, serigala Sansa namanya Lady, milik Arya bernama Nympheria, punya Bran Summer, Rickon Shaggydog. Dan serigala milik Jon dinamakan Ghost. Serigala-serigala ini nantinya akan hidup menjaga anak-anak Stark bahkan dari bahaya yang mengancam hidup mereka.

Sebelum pasukan raja ini pulang kembali ke tanah mereka, Bran sang pemanjat mendapatkan sebuah kecelakaan yang menyebabkan kakinya lumpuh. Penyebabnya adalah, dia tanpa sengaja menyaksikan sebuah skandal sang ratu dengan saudara lelakinya sendiri, beserta pembicaraan tentang menyingkirkan Ned. Akibatnya, Bran dijatuhkan dari menara yang itu membuatnya gagal untuk ikut ke King's Landing bersama ayah dan kedua kakak perempuannya. Tak lama berselang, upaya sang ratu untuk menutupi kejahatannya pun dibuat dengan sebuah percobaan pembunuhan terhadap Bran. Namun itu digagalkan oleh Catelyn dan direwolf milik Bran. Lady Catelyn menemukan pisau pembunuh itu dan bermaksud menyelidikinya. Dari sanalah kemudian ia memutuskan untuk keluar dari istana untuk menuntut pelaku yang hendak membunuh anaknya. Dari bisik-bisik, dikatakan kalau pemilik pisau adalah Tyrion Lannister. 

Jauh dari hingar bingar yang terjadi di Negeri Matahari Terbenam, Viserys Targaryen, seorang pangeran bodoh, keturunan terakhir dari Klan Targaryen yang masih tersisa, menjual adiknya kepada seorang khal penguasa Dothraki bernama Khal Drogo. Khal Drogo dan rakyatnya dikenal bengis. Pria-pria di sana adalah penunggang kuda dan maniak dengan kuda. Daenerys Targaryen namanya, gadis berusia empat belas tahun tersebut akhirnya menikah dengan Khal Drogo. Viserys bermaksud untuk mengumpulkan pasukan demi ambisinya merebut takhta kerajaan atas nama Klan Targaryen yang direbut oleh Robert Baratheon empat belas tahun silam. Pernikahan itu pun terjadi, Dany menjadi seorang khalessi di sana, dan beberapa saat kemudian mengandung anak Drogo.

Arya Stark, adalah seorang gadis perempuan yang membangkang perintah Septa Mordane, tutor kepribadian dan etika bagi dua gadis Stark. Arya tumbuh menjadi seorang gadis tomboy, dan ayahnya melihat bakat anaknya tersebut sehingga memberikan seorang guru tari (yang sebenarnya mempelajari tentang tarian pedang) kepada Arya. Gadis ini tumbuh menjadi seorang petarung yang tangguh nantinya.

Saat tengah menyelidiki pembunuh anaknya, Catelyn secara mengejutkan bertemu dengan rombongan Tyrion Lannister dan lantas menjadikannya sebagai tawanan. Tywin Lannister merasa harga dirinya dilecehkan, mengumpulkan pasukan untuk menuntut Catelyn. Sementara itu, untuk mengecoh pasukan Lannister, Catelyn justru membawa sang tawanan ke lembah tempat Klan Arynn berada. Kedatangan tersebut bukannya disambut dengan senang, namun membawa murka Lysa adiknya, yang ternyata, setelah kejadian meninggalnya sang suami, menjadi berubah. Kejadian di sana memuakkan dan memberi hasil berupa lepasnya Tyrion Lannister sebagai tawanan secara terhormat.

Robert Baratheon meninggal saat berburu, membuat kerajaan menjadi gonjang-ganjing. Cersei tentu saja menginginkan anaknya Joffrey langsung menduduki takhta. Ned yang mengetahui fakta bahwa seharusnya bukan Joff-lah yang berhak menjadi raja, disingkirkan oleh Lannister dengan cara yang... kejam. Sansa ditawan dan dipaksa melakukan apa yang dikehendaki sang ratu, sementara Arya melarikan diri dari istana dan diburu oleh pasukan Lannister. Robb Stark menghimpun pasukannya untuk membebaskan sang ayah, juga untuk merebut tanah-tanah yang tengah diduduki oleh pasukan Tywin. Sang ibu bergabung dengan pasukan ini, beserta beberapa klan lain yang selama ini berada di bawah Klan Stark. Dan yah, Robb berhasil dalam pertempurannya dan membawa Jaime Lannister sebagai tawanan.

Sementara itu, Dany dan suaminya mengalami kejadian pahit di mana ia harus merelakan suami dan anaknya meninggal dalam situasi yang pelik. Untuk mengantarkan Khal Drogo dalam perjalanannya ke alam lain, Dany melakukan ritual yang ternyata dalam ritual tersebut ia berhasil membangunkan sang naga.... 


***

Akhirnya selesai juga.... Delapan hari membaca buku ini dengan target satu hari minimal 100 lembar tercapai. Kesannya: spektakuler. Buku setebal dan kertasnya seburam ini tidak membuat saya lepas begitu saja membacanya, penyampaian karakter dipecah menjadi beberapa sudut pandang yang membawa ke plot utama. Kita para pembacanya disajikan karakter yang semuanya kuat, nyaris kita nggak bisa memetakan mana tokoh protagonis mana yang antagonis karena semua mempunyai peluang yang sama. Meskipun, yah, saya tahu akan berpihak pada siapa dan memusuhi siapa. Bagi saya, keberpihakan itu penting sih kalau membaca sebuah buku biar kita ikut larut ke dalam kisah yang disugukan. Saya bisa merasakan bagaimana Ned Stark yang bijak, penuh perhitungan, pertimbangan, sayang sekali dengan keluarganya. Lalu di lain pihak membenci Cersei, Jaime, dan Pangeran Joff yang menyebalkan dan kejam. Merasa iba dengan Jon Snow yang hatinya seputih salju, dan kesal pake banget sama Sansa dan Lady Lysa di satu momen tertentu (sampai rasanya pengen robek-robek ini buku, tapi untung saya sadar :p). Karakternya kuat banget.

Dan kalau ditanya klan mana yang jadi favorit, tentu saja jawaban saya adalah Klan Stark. Dan dari urutan tokoh idola saya di sini, Jon Snow menduduki peringkat pertama, disusul Ned Stark dan kemudian Arya. Lalu entah mengapa, saya kok juga suka sama Tyrion ya. Ya sudahlah, jadi satu-satunya Lannister yang menyenangkan bagi saya :D

Di sini, banyak belajar intrik dalam perebutan kekuasaan, penggulingan takhta, pernikahan berunsur politik, dan masih banyak lagi. Hanya saja, karena saya nggak mengikuti series ini yang booming banget (dan nggak cocok ditonton oleh yang belum berlabel dewasa), saya jadi keteteran untuk mengenali tokoh-tokohnya yang banyak banget. Sampai-sampai, seratus halaman pertama saya mencatat semua karakter yang muncul baik itu tokoh utama maupun yang berperan minor (seperti si anu pengurus istal, si itu melatih anak-anak bertarung, dll). Eh ternyata di bagian belakang ada silsilah klannya [-( Bagi saya yang anti banget buka halaman-halaman terakhir (karena takut kena spoiler bagian ending) itu terlambat banget, sudah setengah jalan baru tahu ada yang begituan. Tapi secara keseluruhan, saya suka. Nggak rugi mengeluarkan uang lebih untuk beli novel ini. (Sedikit cerita, saya belinya dengan harga Rp. 132.000,- yang padahal di labelnya tertulis Rp. 120.000,- #huvt.) Dari segi terjemahan, oke banget, namun sayang ada typo yang cukup mengganggu. Nggak banyak sih, cuma ya ada, dan intensitasnya semakin bertambah di bagian belakang-belakang buku. Kesalahan yang cukup fatal itu sih pas salah nulis nama direwolf di halaman 874. Di sana tertulis "Grey Wind" nama serigala Robb, padahal yang dibahas adalah "Ghost" serigalanya Jon. Oh ya satu lagi... glosariumnya nggak membantu sama sekali. Nggak usah disertakan juga tidak ada masalah bagi saya, kecuali kalau memang diberikan penjelasan istilah yang lebih oke daripada sekadar menerjemahkan dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia. 

Selebihnya, saya suka. Tolong edisi kedua segera diterbitkan :D saya nggak mau nonton seriesnya dan nggak mau ketinggalan cerita juga :D terlebih lagi, nggak rela kena spoileran T-T

The Death Cure

Judul : The Death Cure
Pengarang : James Dashner
Penerjemah : Yunita Chandra
Penerbit : Mizan Fantasi
ISBN : 9789794338490
Tebal Buku : 438 Halaman
Rating : 3,5 dari 5
Warning : Spoiler Alerts!!!





Thomas berhasil melewati Scorch, namun kini, yang ada di hadapannya hanyalah ruangan putih, kosong, minim perabot di dalam sana. Thomas dikurung selama beberapa minggu yang itu membuatnya frustasi. Terbelih jika ia memikirkan apa yang sudah dilewatinya sejauh ini. Hanya bau tubuhnya saja yang membuatnya waras, setidaknya itu membuat ia masih menyadari bahwa dirinya adalah manusia.

Lalu Tikus Botak  datang mengunjunginya, mengumpulkannya dengan para subjek yang lain, teman-temannya. Ada Newt, Minho, Frypan, dan bahkan Teresa di sana.  WICKED memberitahukan bahwa dalam kelompok ini, ada orang-orang yang kebal virus dan ada yang tidak. Sebagian besar teman Thomas dan dirinya sendiri termasuk ke dalam Manusia Kebal, tapi tidak untuk Newt. Tikus Botak mengatakan bahwa WICKED akan memberikan pilihan kepada para subjek untuk mengikuti prosedur pengembalian ingatan atau tidak. Di sini, Thomas, Newt, dan Minho menolak. Teresa, Frypan, dan beberapa yang lain memutuskan untuk mengikuti prosedur. Namun WICKED berubah pikiran, dan memaksa semua orang untuk mengikuti prosedur ini. Thomas dipaksa untuk tunduk pada erintah WICKED. Brenda, yang bekerja pada WICKED, berhasil membujuk Tikus Botak untuk menyerahkan tugas itu kepadanya. Tapi ini hanyalah tipu muslihat Brenda untuk menyelamatkan Thomas. Ia mengatakan bahwa Jorge akan siap mengantar mereka keluar dai WICKED. Dalam upaya menuju hanggar pesawat, mereka bertemu dengan Minho dan Newt yang juga berniat untuk melarikan diri. Jorge juga, karena dia yang akan mengemudikan pesawatnya.

Namun malang bagi mereka, pasukan pengamanan WICKED menembakkan launcher kepada Brenda lalu kemudian Thomas juga kena. Untung saja keduanya berhasil diseret ke dalam Berg (pesawat) milik Jorge dan mereka pergi meninggalkan WICKED. Mereka mendapatkan informasi bahwa Teresa, Frypan, dan beberapa orang lain sudah melarikan diri sebelum mereka. Thomasnya sedih karena menganggap teman-temannya yang itu (terutama Teresa) membiarkan mereka, tidak berupaya mencari mereka sebelum melarikan diri. Setelah Thomas dan Brenda sadar, mereka mendiskusikan ke mana tujuan pelarian ini. Dan akhirnya, mereka memutuskan untuk pergi ke Denver. Salah satu alasan mengapa Denver menjadi tempat tujuan adalah karena Brenda mengenal seseorang bernama Hans yang bisa mengeluarkan chip pengendali otak yang ditanamkan WICKED pada para subjek. Denver adalah sebuah kawasan yang dihuni oleh orang-orang yang tidak terinfeksi oleh flare. Sementara Newt, yang dari awal sudah diberitahukan bahwa dia termasuk orang yang tidak kebal flare (alias Newt sudah terinfeksi flare), tinggal di kabin pesawat sementara teman-temannya melakukan misi. Sebelum mereka pergi, Newt menuliskan sesuatu di kertas untuk Thomas, dan dia meminta Thomas membukanya pada saat yang benar-benar tepat. Apa isinya? Ra ha si a.

Niat awal Thomas, Jorge, dan Brenda harus tertunda karena Thomas mendapatkan pesan tentang kelompok Tangan Kanan yang dikirim oleh orang misterius. Pertama-tama, Thomas tentu curiga mengapa keberadaannya di Denver dengan mudah terlacak. Namun, dia juga penasaran. Akhirnya mereka memutuskan untuk bertemu dengan orang ini terlebih dahulu di tempat yang sudah dituliskan. Dan ternyata di sana dia menemukan seorang teman yang dikira semua orang sudah meninggal. Dia adalah... (#nospoiler). Thomas dan kawan-kawan mendapatkan informasi tentang pergerakan kelompok Tangan Kanan yang menentang WICKED. Dan juga, telah terjadi sesuatu di Denver. Para Manusia Kebal dinyatakan menghilang secara misterius dan besar-besaran di tempat ini. Itu menguatkan niat mereka untuk segera bertemu dengan Hans. Selepas dari sana, mereka mencoba mencari Hans yang ikut menghilang, dan ketemu. Minho dan Thomas menghilangkan chip pengontrol di dalam kepala mereka. Meskipun, chip itu mempunyai sistem perlindungannya sendiri pada Thomas sehingga membuat dia berontak dan sulit dikendalikan. Setelahnya, WICKED akan kehilangan kontrol terhadap Thomas, meskipun konsekuensi lainnya adalah Thomas akan kehilangan kemampuan telepati dengan Teresa dan Aris.


Thomas, Brenda dan Jorge makan di sebuah tempat. Namun di sana, mereka menemukan petugas yang menangkap orang yang terindikasi mengidap flare. Dan si Thomas ini bego banget kenapa malah menonton bukannya keluar dari tempat itu (yah, sekadar mencari aman lah, dia kan pelarian WIKCED bego banget sih). Lalu dia ditangkap, tapi tiba-tiba saja pesawat patroli WICKED menyelamatkannya sekaligus si Tikus Botak memperingatkannya tentang sesuatu. Mereka memutuskan untuk ke hanggar dan mencari jalan keluar yang lebih baik. Tapi ternyata di sana dia menemukan bahwa Newt sudah tidak ada. Dia memberikan pesan bahwa Newt akan pergi ke Istana Crank, tempat isolasi para pengidap flare. Di sana, orang-orang yang terkena flare dikarantina sampai berubah menjadi Crank. Thomas mau membebaskan temannya. Dan ketiganya memutuskan untuk pergi ke sana menyelamatkan Newt. Sudah susah payah ketemu (sampai menyogok penjaganya) tapi sayang sekali Newt tidak mau ikut. Alhasil, mereka harus pulang dengan tangan hampa.


(lupa bagaimana kronologisnya tapi....) Ketiganya diculik oleh orang dari Tangan Kanan. Di luar sana para pengidap flare semakin ganas, jadi tempat itu dibuat dengan tertutup. Mengejutkan, di dalam sana mereka menemukan banyak Manusia Kebal termasuk Teresa.... Tangan Kanan punya sebuah misi yang membutuhkan Manusia Kebal untuk menjalankan misinya. Thomas mau mengikuti misi tersebut tapi dia harus menemui pimpinan mereka dulu. Maka pergilah Thomas dan Brenda menghadap pimpinan mereka. Thomas menyetujuinya, bahwa dia akan dikirim ke dalam markas WICKED untuk mengaktifkan alat yang bisa membuat persenjataan yang dimiliki WICKED. Tapi... di dalam perjalanan, dia ketemu sama Newt dan Newt nagih pesannya... sedih banget pokoknya T_T


Lalu Thomas pergi ke WICKED dan disambut oleh Tikus Botak. Tikus Botak yakin kalau Thomas akan kembali dengan sukarela ke tempat ini, dan menurutnya prediksinya benar. Lantas ia mengatakan prosedur terakhir yang harus mereka lakukan untuk Thomas yakni, mekalukan pembedahan untuk mengambil otak Thomas. Thomas diyakini sebagai orang terkuat di antara para Manusia Kebal dan otaknya diperlukan untuk membuat cetak biru pengobatan flare. Tapi sebelum Thomas melakukan prosedur pengobatan (yang sebenarnya dia nggak mau lah ya), dia mengaktifkan alat yang digunakan untuk melumpuhkan semua senjata milik WICKED. Setelahnya dia dipaksa untuk melakukan pembedahan, dibius, dan nggak sadarkan diri untuk waktu yang tidak terlalu lama.

Ketika sadar, Thomas pun menyadari bahwa Tangan Kanan sudah mulai memasuki WICKED. Thomas dikejutkan dengan sebuah surat dari Kanselir Paige, pimpinan tertinggi WICKED yang memberikan Thomas sebuah peta dan misi: menyelamatkan para Manusia Kebal yang sudah disembunyikan di dalam maze (ya, kita balik ke maze di buku pertama), lalu menggiring mereka menuju ke sebuah flat trans yang akan membawa para Manusia Kebal ke sebuah tempat yang baru. Thomas bertemu dengan rekan-rekannya, dan Gally (nah, kesebut deh :p), juga Tangan Kanan yang rupanya tidak hanya menginvasi WICKED tapi ternyata melakukan misi yang tidak disepakati dengan Thomas yakni mengaktifkan bom yang telah mereka tanam dengan maksud untuk menghancurkan WICKED. Thomas menanyakan kesediaan Gally apakah akan bergabung dengannya atau tetap berada di pihak Tangan Kanan. Tapi Gally mendukung Thomas. Mereka menuju ke maze, menyelamatkan 500-an Manusia Kebal, dan membawa mereka ke flat trans. Malang dalam perjalanan, salah satu tokoh pentingnya mati. Siapakah dia? Baca sendiri ya. 


Bagaimana kelanjutannya? Disimak sendiri saja....



***


Mendapati buku ketiga dari Trilogi Maze Runner, membuat saya berekspektasi besar bahwa banyak sekali pertanyaan yang akan terjawab di sini. Tentang kenapa Thomas dan Teresa menjadi subjek terkuat ketimbang yang lainnya (padahal Thomasnya ya begitu saja, nothing special with him, he just like an ordinary guy.) Lalu kenapa begini kenaa begitu... banyak sekali pertanyaan yang muncul ketika kita mengikuti kisah ini dari awal. Tapi ternyata, masih banyak yang menjadi misteri. Mungkin akan terjawab di prekuelnya, mungkin juga nggak. Saya nggak bisa berharap terlalu banyak lagi di sini. Tapi meskipun begitu, saya tetap menyelesaikan buku ini sampai titik terakhir. Dan untungnya, ada beberapa pertanyaan di buku kedua yang terjawab di sini. Seperti misalnya, kenapa Newt diberi tattoo bertuliskan "lem" sebelum dilempar ke Scorch. Kalau Minho kan jelas. Hanya saja, Minho yang di buku kedua jiwa pemimpinnya benar-benar terlihat, di sini dia jadi tempramental (padahal Minho nggak mengidap flare lho). Dan perubahan ini agak cukup mengganggu sih.

Harus saya akui, tiga per empat buku ini membosankan, saya hanya benar-benar menikmati seperempat yang terakhir. Tapi karena pembagian babnya tidak terlalu tebal, barangkali itu yang membuat saya tidak lantas menutup buku ini sampai selesai terbaca semua. Mengenai ending, saya suka. Dan tentang orang-orang penting yang mati sebelum mencapai tempat tujuan, saya nggak mempermasalahkannya sih :p


Keluarga Perempuan Rasulullah

Judul : Keluarga Perempuan Rasulullah
Pengarang : Fathi Fawzi & Widad Sakakini
Penerbit : Penerbit Zaman
ISBN: 9789790242647
Tebal : 422 Halaman
Rating : 5 dari 5




Nggak ada keraguan untuk saya memberi bintang lima pada buku ini. Kisah sejarah hidup Rasulullah beserta sahabiyah dikemas dengan sangat bagus sekali. Menggunakan sudut pandang keluarga perempuan Rasulullah, sebenarnya kita pembacanya diajak berpetualang dan menyusup ke dalam kehidupan mereka. Bagaimana perjuangan Rasulullah, kehidupan yang melingkupinya bahkan sejak belum dilahirkan hingga peristiwa-peristiwa penting sesudah Rasulullah wafat. Namun, itu tidak mengurangi porsi para pembacanya untuk mengenal lebih dekat bagaimana kisah-kisah para sahabiyah itu sendiri.

Dibagi menjadi tiga bagian, pertama tentang ibu Rasulullah, kedua istri-istri Rasulullah, dan ketiga bagian tentang anak-anak perempuan Rasulullah. Kisah ini membuka wawasan kita tentang bagaimana kehidupan mereka, siapa mereka, apa peran mereka semua dalam kehidupan Rasulullah saat mengemban risalah dakwah. Banyak kisah yang memang sudah umum diketahui, namun tidak sedikit pula yang menyingkap kisah yang jarang terungkap (atau ini memang saya saja sih yang cukup buta sejarah) sehingga menambah wawasan kita terhadap kisah sahabat nabi dan orang-orang terdekatnya, terutama dari kaum perempuan. Jujur saja, kisah Aminah ibunda nabi saya hanya mempunyai sedikit pengetahuan tentangnya. Juga tentang Ummu Aiman (dan ternyata Ummu Aiman menikah dengan Zaid bin Haritsah), dan Asy Syifa binti Auf yang merupakan bidan Rasulullah. Juga tentang ibu susunya, Tsuaibah, ibu susu pertama Rasulullah sebelum dibawa ke perkampungan Halimatus Sa'diyah (kalau kisah ini saya cukup familiar alhamdulillah).

Lalu bagian istri-istri nabi, saya benar-benar banyak mendapatkan pengetahuan baru di sini (dan jujur malu, masa' saya nggak kenal dengan ummul mukminin, kan mereka ibunya ummat muslim). Bagaimana motif pernikahan itu sendiri adalah untuk memuliakan mereka dan kaumnya, juga sebagai upaya keberlangsungan dakwah. Dan yah tetap, selain Khadijah dan Aisyah, favorit saya adalah Shafiyah binti Huyay ♡ yang lain juga, saya suka. Benar-benar suka bagaimana interaksi yang terjalin di antara istri-istri nabi. Cemburunya, nge-ganknya, bagaimana berlomba-lomba mengambil hati Rasul. Manis banget dan alamiah. I'm in love with them ♡ mereka semua, dengan segala kekurangan yang itu tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan kelebihan dan peran para ummahatul mukminin dalam sejarah panjang ummat Islam.

Dan tentang putri-putri Rasulullah, saya sungguh terharu dengan kisah cinta Zainab dan suaminya Abu Al-Ash. Saya baru dapat ceritanya di sini. Terharu banget. Kisah Ruqayyah dan Ummu Kultsum, juga Fatimah Az-Zahra tentu sayang untuk dilewatkan.

Satu hal yang menarik dari buku ini adalah, selain cara penyajiannya dalam bahasa novel, namun dengan banyaknya footnote rujukan, saya tidak mengalami keraguan akan keabsahan kisah yang dituturkan. Meskipun ada beberapa bagian cerita yang berulang, bagi saya sah-sah saja, karena artinya, jika kita membaca kisah ini terpisah, pembaca tidak akan ketinggalan dengan kisah tokoh yang kita baca. Dan kalaupun membaca secara keseluruhan, kita jadi bisa menangkap sebuah cerita yang sama namun disajikan dalam sudut pandang yang berbeda. Oh, saya akan tahan sekali kalau baca kisah sejarah dalam bentuk novel seperti ini ;)

Love in Rainy Days

Judul : Love in Rainy Days
Pengarang : Ifa Avianty
Penerbit : Lingkar Pena Publishing
ISBN: 9786028851121
Tebal : 372 Halaman
Rating : 2,5 dari 5



Blurb:

“Ceraikan dia. Biarkan dia menikahi perempuan lain yang sepadan dan bisa memberikan keluarga ini keturunan!”

Puncak kekagetanku sudah terjadi. Kutahan air mataku.

“Kami tidak ingin bercerai, Ma. Tidak akan pernah. Selamanya. Kami saling mencintai…”

“Cinta saja tidak cukup untuk menyelesaikan masalah ini. Lagipula, kamu sudah kuanggap gagal sejak lama menjadi menantu yang kuinginkan untuk Indra.”

CINTA sejati kadang tak hanya butuh keyakinan, tapi juga ketangguhan hati. Meski sudah sepuluh tahun menikah tanpa dikaruniai anak, biduk rumah tangga Zita dan Indra berjalan dengan bahagia. Namun kehadiran Mama Asti, ibu tiri Indra, membuat kehidupan pernikahan mereka menjelma bara. Berbagai cara dilakukannya untuk merusak pernikahan Zita dan Indra.

Apa sebenarnya tujuan Mama Asti? Mampukah Zita mempertahankan ikatan suci pernikahannya dengan Indra? Ataukah ia akan menyerah begitu saja dengan segala rekayasa yang dilakukan Mama Asti?


Sebuah kisah yang akan membuat kita merenung tentang kesejatian hidup serta kemurnian cinta. Dituturkan dengan renyah, khas Ifa Avianty yang telah banyak melahirkan novel-novel yang disukai para perempuan.

***

Zita dan Indra adalah sepasang sahabat yang telah menjalin pertemanan sejak di bangku TK. Keduanya pencinta hujan. Indra kecil suka meminta bekal makanan yang dibawa oleh Zita sehingga membuat ibunya Zita memberikan bekal yang banyak untuk mereka nikmati berdua. Sebenarnya, Indra adalah seorang sulung dari kalangan berada, keluarga besar Syahrazard yang mempunyai kerajaan bisnis ternama. Sementara Zita, bukan dari kalangan jetset meskipun dirinya termasuk keluarga yang berkecukupan dan berada. Sejak saat itu mereka bersahabat. Indra yang pendiam, introvert dan dingin, merasa nyaman dan menjadi sedikit terbuka dan ceria akibat berteman dengan Zita. Ini juga membuat seolah-olah dirinya ketergantungan dengan gadis tersebut. 

Keluarga Indra termasuk keluarga besar karena dia mempunyai empat orang adik. Ibunya meninggal saat dia masih kecil sementara selang beberapa waktu kemudian ayahnya menikah lagi dengan seorang wanita muda yang terpaut enam belas tahun dengan ayahnya. Namanya Mama Asti. Tidak seperti Mama Inge ibu kandung Indra, Mama Asti lebih cenderung menjadi seorang wanita sosialita yang suka berkumpul dengan teman-temannya untuk sekadar arisan, pesta, ataupun ngopi-ngopi bersama. Mama Inge juga memiliki hobi berbelanja dan menghambur-hamburkan uang. Dengan Mama Asti, Indra memiliki dua orang saudari tiri yang sudah dianggap seperti adiknya sendiri. Adik-adiknya, terutama yang perempuan, justru lebih akrab dengan Zita ketimbang mamanya. Zita mengajarkan piano serta membantu pekerjaan rumah adiknya jika sedang berada di rumah Indra. Namun, kedekatan keduanya justru ditampik jika ada yang menganggap bahwa mereka berpacaran. Meskipun, kemesraan hubungan Zita dan Indra bisa dibilang melebihi hubungan sepasang kekasih.

Setelah beranjak dewasa, benih-benih cinta itu tidak dapat lagi dielakkan hingga akhirnya, setelah mendapatkan restu dari kedua orangtua Indra--ayahnya tidak setuju anaknya menikah dengan Zita karena perbedaan status sosial mereka sementara ibu tirinya, rupanya mempunyai maksud tersendiri sehingga dirinya merestui dan bahkan berupaya membujuk suaminya untuk akhirnya memberikan restu--akhirnya mereka berdua menikah. Namun, rumah tangga Indra dan Zita tidak sepi dari ujian. Setelah sepuluh tahun menikah, mereka belum juga diberikan momongan, karena kandungan Zita yang lemah. Sementara itu, pihak ketiga pun mewarnai hubungan mereka. Orang ketiga itu bukan berasal dari luar, namun justru datang dari ibu tirinya sendiri, yang ternyata jatuh cinta kepada anak tirinya. Kehadiran pihak ketiga dari rumah tangga almarhum papanya juga turut membumbui kisah ini, juga tentang perbedaan agama di antara Indra dan Zita. Namun yang terakhir itu justru tidak terlalu menonjol dan bukan bagian utama dari konflik yang terjadi. 


***

Sorry to say saya nggak bisa kasih bintang lebih dari 2,5. Dan karena saya masih penasaran dengan karyanya Mbak Ifa (di rak ada My Avilla yang belum dibaca jadi semoga rating dari saya bisa lebih baik lagi dari yang ini, which is, saya bisa lebih menikmati ceritanya lebih dari yang baru saja saya selesaikan ini). 

Anyway, sejujurnya saya cukup menikmati novel ini. Jalan ceritanya cukup sederhana dan menarik (kalau nggak menarik saya nggak bakal pengen cepet-cepet kelarin bukunya). Tentang hubungan suami istri yang mendapatkan pihak ketiga justru dari orang terdekat sendiri yakni si ibu tiri. Saya sempat ikut terbawa suasana saat kesal dengan sifat ibunya. Tapi, memang ada beberapa poin yang di saya agak kurang sreg. Pertama karena sudut pandangnya berubah-ubah dan nggak berpola, membuat saya kurang begitu menikmatinya. Alur maju-mundur juga agak sedikit membingungkan. Lalu karakter Zita yang... terlalu perfect. Saya cukup terganggu dengan karakter maupun latar belakang karakter yang terlalu jauh dengan kebanyakan kehidupan normal, jadi ya.... Lalu, cara pengemasan novel ini yang terkesan teenlit juga agak gimana. Padahal dibuat biasa saja dengan bahasa baku menurut saya sih nggak masalah karena segmentasi pembacanya kan dewasa yah. Nah ini lagi. Saya merasa nggak sregnya ... ketika menempatkan "pesan" di dalam buku ini. Saya terus terang, di awal cukup menikmati karakter Indra yang religius. Agak surprised juga karena tokoh Zita yang ternyata berbeda agama awalnya dengan Indra. Di situ saya menikmati kesan toleransinya, indah sekali, dan juga tentu saja saya penasaran bagaimana akhirnya Zita bisa sampai mengubah keyakinan. Tapi sayang di sayang, saya justru kurang mendapat kesan di bagian itunya. Menurut saya, eksekusinya kurang cantik. Bagian di mana Ifa Avianty mencoba menyampaikan "pesan" itu justru yang kurang mengena di hati. (Saya bahkan sudah memosisikan diri saya dengan sudut pandang seorang pembaca awam.) Memang, hubungan kita dengan Tuhan itu adalah sebuah hubungan yang intim, pribadi. Tapi bisa kok sesuatu yang personal itu disampaikan dengan lebih "romantis" tanpa ada kesan menggurui. Dan tentu saja di sini, saya beri bintang lima untuk niat baik Mbak Ifa untuk itu. Dan saya juga paham kok kalau dalam membuat tulisan kita harus menyelipkan makna dan pesan yang dapat diterima oleh pembacanya. Mungkin di sini saya saja yang kurang bisa menerima pesan atau maksud itu dengan baik. Bukan tidak baik sih hanya saja hmmm apa ya? Kurang cantik. Balik lagi mungkin ini hanya masalah selera. Atau memang hubungan spiritual yang dimaksudkan memberi kesan dan membekas itu, dengan jalan yang ditempuh Mbak Ifa melalui novel ini, bukan jalan yang sesuai buat saya. Saya malah mendapatkan momen spiritual dan menambah kedekatan dengan Tuhan justru di novel-novel filsafat seperti karyanya Jostein Gaarder atau Paulo Coelho.

Lho kok jadi panjang bahas ini ya? :)) padahal ini kan ceritanya Zita dan perjuangan dia untuk bisa masuk ke dalam keluarga suaminya yang kaya raya pebisnis itu (nah ini juga sih, pengambilan latar belakang karakternya yang menurut saya terlalu... sering dipakai di novel-novel sejenis ini), dengan segala kelebihan dan kekurangannya, terlebih bagaimana menghadapi seorang ibu tiri yang rupanya suka sama anaknya yang notabene itu adalah suami Zita sendiri. Hmmm, jadi, apakah rumah tangga mereka dapat terselamatkan?

Overall, saya cukup menikmati. Dan terus berkarya ya Mbak! :)

Recent Quotes

"Suatu ketika, kehidupanmu lebih berkisar soal warisanmu kepada anak-anakmu, dibanding apa pun." ~ Dawai-Dawai Ajaib Frankie Presto

Setting

Indonesia (40) Amerika (17) Inggris (11) Jepang (5) Perancis (4) Norwegia (3) Spanyol (3) Belanda (2) Irlandia (2) Korea (2) Saudi Arabia (2) Yunani (2) Australia (1) Fiji (1) Italia (1) Mesir (1) Persia (1) Swedia (1) Switzerland (1) Uruguay (1) Yugoslavia (1)

Authors

Jostein Gaarder (7) Paulo Coelho (6) Mitch Albom (4) Sabrina Jeffries (4) Ziggy Zezsyazeoviennazabrizkie (4) Colleen Hoover (3) Ilana Tan (3) John Green (3) Prisca Primasari (3) Annisa Ihsani (2) Cecelia Ahern (2) John Grisham (2) Miranda Malonka (2) Seplia (2) Sibel Eraslan (2) Suarcani (2) Adara Kirana (1) Adityayoga & Zinnia (1) Ainun Nufus (1) Aiu Ahra (1) Akiyoshi Rikako (1) Alice Clayton (1) Alicia Lidwina (1) Anggun Prameswari (1) Anna Anderson (1) Asri Tahir (1) Astrid Zeng (1) Ayu Utami (1) Charles Dickens (1) Christina Tirta (1) David Levithan (1) Deasylawati (1) Dee Lestari (1) Desi Puspitasari (1) Dewi Kharisma Michellia (1) Dy Lunaly (1) Dya Ragil (1) Elvira Natali (1) Emily Bronte (1) Emma Grace (1) Erlin Natawiria (1) Esi Lahur (1) Fakhrisina Amalia (1) Ferdiriva Hamzah (1) Frances Hodgson Burnett (1) Fredrick Backman (1) G.R.R. Marten (1) Gina Gabrielle (1) Haqi Achmad (1) Harper Lee (1) Hendri F Isnaeni (1) Ifa Avianty (1) Ika Natassa (1) Ika Noorharini (1) Ika Vihara (1) Indah Hanaco (1) JK Rowling (1) James Dashner (1) John Steinbeck (1) Jonathan Stroud (1) Kang Abik (1) Katherine Rundell (1) Korrie Layun Rampan (1) Kristi Jo (1) Kyung Sook Shin (1) Lala Bohang (1) Laura Lee Guhrke (1) Lauren Myracle (1) Maggie Tiojakin (1) Marfuah Panji Astuti (1) Mario F Lawi (1) Mark Twain (1) Maureen Johnson (1) Mayang Aeni (1) Najib Mahfudz (1) Nicholas Sparks (1) Novellina (1) Okky Madasari (1) Orizuka (1) Peer Holm Jørgensen (1) Pelangi Tri Saki (1) Primadonna Angela (1) Puthut EA (1) Rachel Cohn (1) Rainbow Rowell (1) Ratih Kumala (1) Rio Haminoto. Gramata (1) Rio Johan (1) Shinta Yanirma (1) Silvarani (1) Sisimaya (1) Sue Monk Kidd (1) Sylvee Astri (1) Tasaro GK (1) Thomas Meehan (1) Tia Widiana (1) Trini (1) Vira Safitri (1) Voltaire (1) Winna Efendi (1) Yuni Tisna (1)