[Tanya Penulis] Indah Hanaco dan Cerita Tentang Love in Pompeii




Halo teman-teman, Resensi Buku Nisa punya rubrik baru yakni Tanya Penulis. Sebagai pembuka, saya akan mewawancarai Kak Indah Hanaco selaku penulis Love in Pompeii. Jadi, bagi yang belum tahu, selama satu bulan ini, saya dan ketujuh blogger kece lainnya mengadakan baca bareng novel seri Around The World With Love 3 yang disingkat dengan #ATWWL3 di twitter. Kamu kudu menyimaknya di twitter saya (@niesya_bilqis) ya teman-teman untuk mengetahui betapa serunya perjalanan kami keliling dunia mengulas seri novel ini.

Di pekan awal selama lima hari, saya dan Kak @princessashr menjelajah Pompeii untuk mengulas novel Kak Indah Hanaco (@IndahHanaco) yang berjudul Love in Pompeii (tunggu selengkapnya pembahasan novel ini di blog saya ya). 

Sebelum kita lihat hasil wawancaranya, kita simak dulu profil Kak Indah yuk.


Sumber: Facebook penulis

Indah Hanaco penyuka novel-novel historical romance. Tergila-gila pada segala hal yang berbau tahun 90-an. Juga sederet serial kriminal dan film-film romance. Mendadak mellow hanya karena gerimis. Kolektor majalah dan buku-buku resep yang jarang dimanfaatkan.

Fans sejati Michael Schumacher yang memilih berhenti menonton balapana Formula Satu begitu sang idola pensiun. Tidak bisa lepas dari kopi meski sangat tidak menyukai kopi. Indah selalu menyukai semua yang berbau tahun '90-an, pantai, aroma tanah seusai hujan, cokelat hangat, sunset, dan sunrise.

Pernah bekerja menjadi bankir, kuliah di fakultas ekonomi, tapi akhirnya teramat nyaman menjadi penulis. Cita-cita saat ini adalah pindah dan menetap di Yogyakarta, keliling Eropa serta menghabiskan sisa hidup untuk menulis. 

Indah Hanaco telah menerbitkan 40 novel (wah, info di goodreads perlu di-upgrade nih kak, xixixi), beberapa buku anak dan parenting, nonfiksi hingga fiksi, buku matematika hingga novel anak, fabel sains hingga novel dewasa. Tapi hingga saat ini belum memutuskan genre mana yang paling ia cintai. Bagi Indah, menulis adalah salah sat cara untuk menjaga kebahagiaan.

(Sumber: goodreads dan blurb novel Love in Pompeii)

***

Untuk mengetahui behind the scene Love in Pompeii, saya sudah mewawancarai Kak Indah untuk memuaskan rasa penasaran pembaca tentang novel ini. Sudah siap menyimaknya? Ini dia ulasan wawancara saya.



Nisa Rahmah (NR): Halo Kak Indah. Berapa lama proses pembuatan novel Love in Pompeii ini Kak? Apakah pengerjaannya disambi dengan mengerjakan novel lain?

Indah Hanaco (IH): Pengerjaannya nggak lama, total sebulanan. Tahun ini, Love in Pompeii adalah naskah paling asyik yang kutulis. Bisa dibilang nggak ada kendala sama sekali, mulus banget. Ceritanya seakan udah nempel di kepala, tinggal dituliskan. 

Aku nggak pernah nyambi nulis lebih dari satu naskah. Selalu fokus di satu naskah dulu sebelum pindah ke naskah baru. Pernah sih mencoba nyambi nulis dua naskah. Hasilnya, karakter-karakternya tertukar. 


NR: Lalu, proses pengeditan, pemilihan cover, dll sampai selesainya, memakan waktu berapa lama? Ada kendala atau tidak?

IH: Untuk cover, ada proses perbaikan karena aku nggak puas sama yang pertama. Sementara untuk naskahnya sendiri, nggak ada masalah berarti. Ada beberapa poin yang harus kutambah sebelum naskah naik cetak, tapi bisa dikerjakan beberapa jam saja. 

Setelah naskah kelar, proses lainnya bisa dibilang berjalan lancar. Urusan cover dan lain-lain makan waktu sekitar 3-4 bulan, lebih karena harus antre sesuai jadwal terbit.



NR: Saya terharu dengan tulisan awal novel ini yang diperuntukkan untuk Michael Schumacher, lalu jadi kepo, seberapa besar pengaruh Schumi dalam membuat novel ini?

IH: Sangat besar. Kalau aku bilang setiap kata yang kutulis di Love in Pompeii ini disertai doa semoga beliau segera sadar dari koma, itu nggak bohong. Aku bukan tipe orang yang mengidolakan artis. Tapi aku sangat ngefans sama Schumi. Nonton balapan yang ada Schumi-nya itu seakan mendapat hiburan mahal yang mempertontonkan skill, semangat pantang menyerah, dan kerja keras di level tertinggi. 

Aku berhenti total nonton Formula One sejak dia pensiun pertama kali tahun 2006. Makanya pas Schumi dikabarkan koma, aku nangis berhari-hari. Sampai saat ini pun aku masih sering baca ulang artikel dari balapan-balapan hebat yang pernah dilaluinya. Saat Schumi menggila di Austria, bisa menang meski mobilnya sempat terbakar di pitstop dan poinnya di klasemen hanya di posisi 2, misalnya. Memori itu masih jernih di kepalaku meski sudah berlalu 13 tahun. Tiap kali ingat momen itu, aku masih suka menangis. 

Hahaha, nggak penting banget, ya? Tapi memang kecintaanku sama beliau sampai “sesinting” itu.

Karena aku cuma bisa menulis, akhirnya terpikir untuk mendedikasikan novel ini untuk beliau. Sebenarnya ini bukan novel pertama yang khusus kupersembahkan untuk Schumi. Sebelumnya sudah ada Cinta Tanpa Jeda atau A Scent of Love in London.


NR: Selain Michael Schumacher, siapa lagi yang menginspirasi Kakak untuk novel ini?

IH: Schumi dan hanya Schumi :)


NR: Ini yang bikin penasaran dan juga mungkin sering ditanyakan, jadi jangan bosan mendapatkan pertanyaan ini ya Kak, hehehe. Bagaimana proses riset tentang Pompeii dan setting luar negeri lainnya di novel ini?

IH: Seperti yang sudah aku bilang di atas, pengerjaan Love in Pompeii ini mulus banget. Nggak ada kendala berarti. Termasuk soal riset. Untuk setting, sejak awal memang sudah mantap memilih Pompeii. Itu terjadi setelah aku nonton film dokumenter tentang kota kuno ini. Lumayan besar porsi riset di sini. Begitu juga dengan Napoli. Tapi karena sebelumnya aku nonton beberapa acara tentang kedua kota ini, semuanya jadi lebih mudah. 

Riset tentang dunia Formula One pun cukup menyita waktu. Apalagi aku berusaha untuk menjelaskan beberapa istilah yang berkaitan dengan olahraga ini supaya pembaca lebih paham. Karena nggak semua orang ngeh sama dunia balap Formula One, kan? Awalnya agak sulit karena sudah sepuluh tahunan nggak nonton balapan, regulasinya pun banyak yang udah ganti. Tapi koleksi majalah F1 Racing yang hampir setinggi 1 meter, membantu banget sebagai sumber informasi. 


NR: Satu lagi yang terakhir, bagaimana sih tipsnya untuk menjadi seorang penulis yang produktif dan terus menghasilkan karya seperti Kak Indah? Teman-teman di luar sana yang ingin menulis atau bercita-cita jadi penulis mungkin ingin tahu kiat-kiat apa yang Kak Indah miliki agar terus konsisten menulis.

IH: Jadi penulis itu nggak gampang. Harus punya mental baja supaya nggak mudah menyerah, muka tembok, keras kepala, kesabaran yang melimpah ruah. Karena untuk menunggu naskah bisa terbit dalam bentuk buku itu membutuhkan proses yang  panjang dan melelahkan. Ada banyak intrik-intrik dunia penulisan yang juga kadang bikin semangat mengendur. Menjadi penulis itu nggak semudah yang terlihat dari luar. 

Banyak orang sinis hanya karena tulisanku lumayan sering terbit tahun ini. Padahal, itu semua bukan kebetulan. Ada kerja keras tanpa henti di sana. Di setiap naskah yang akhirnya terbit, selalu ada kerja keras, doa, dan air mata penulisnya. 

Halah, kok aku jadi curhat, ya? Maaffff, Nisa :)

Kesimpulanku setelah enam tahun menekuni dunia ini, selain poin-poin di atas, menjadi penulis artinya nggak boleh berhenti belajar. Jangan pernah merasa puas dengan karya kita, karena itu menjadi salah satu bentuk bunuh diri yang paling mudah. Ketika sudah merasa puas, maka kita biasanya berhenti belajar dan cenderung sombong. Padahal, penulis nggak boleh melakukan itu. Kalau itu terjadi, maka tulisan kita nggak akan berkembang. Kita pun cenderung akan membahas hal dan tema senada di setiap karya. 


***

Itu dia wawancara saya dengan Kak Indah. Gimana, sudah punya gambaran tentang Love in Pompeii? Sudah kenal lebih dalam dengan penulisnya? Cerita tentang Michael Schumacher seru ya, apalagi tips yang diberikan Kak Indah untuk menjadi penulis yang produktif. Salut banget deh pokoknya. Kalau kamu mau tahu novel apa saja yang sudah ditulis oleh Kak Indah Hanaco, kalian bisa klik tautan ini ya.

Penulis bisa dihubungi via twitter di @IndahHanaco atau di Facebook Indah Hanaco.

Terima kasih kepada Kak Indah atas sharingnya. Terima kasih juga untuk kalian sudah membaca. Jangan lupa tinggalkan komentar di bawah ini ya.





1 komentar:

Recent Quotes

"Suatu ketika, kehidupanmu lebih berkisar soal warisanmu kepada anak-anakmu, dibanding apa pun." ~ Dawai-Dawai Ajaib Frankie Presto

Setting

Indonesia (40) Amerika (17) Inggris (11) Jepang (5) Perancis (4) Norwegia (3) Spanyol (3) Belanda (2) Irlandia (2) Korea (2) Saudi Arabia (2) Yunani (2) Australia (1) Fiji (1) Italia (1) Mesir (1) Persia (1) Swedia (1) Switzerland (1) Uruguay (1) Yugoslavia (1)

Authors

Jostein Gaarder (7) Paulo Coelho (6) Mitch Albom (4) Sabrina Jeffries (4) Ziggy Zezsyazeoviennazabrizkie (4) Colleen Hoover (3) Ilana Tan (3) John Green (3) Prisca Primasari (3) Annisa Ihsani (2) Cecelia Ahern (2) John Grisham (2) Miranda Malonka (2) Seplia (2) Sibel Eraslan (2) Suarcani (2) Adara Kirana (1) Adityayoga & Zinnia (1) Ainun Nufus (1) Aiu Ahra (1) Akiyoshi Rikako (1) Alice Clayton (1) Alicia Lidwina (1) Anggun Prameswari (1) Anna Anderson (1) Asri Tahir (1) Astrid Zeng (1) Ayu Utami (1) Charles Dickens (1) Christina Tirta (1) David Levithan (1) Deasylawati (1) Dee Lestari (1) Desi Puspitasari (1) Dewi Kharisma Michellia (1) Dy Lunaly (1) Dya Ragil (1) Elvira Natali (1) Emily Bronte (1) Emma Grace (1) Erlin Natawiria (1) Esi Lahur (1) Fakhrisina Amalia (1) Ferdiriva Hamzah (1) Frances Hodgson Burnett (1) Fredrick Backman (1) G.R.R. Marten (1) Gina Gabrielle (1) Haqi Achmad (1) Harper Lee (1) Hendri F Isnaeni (1) Ifa Avianty (1) Ika Natassa (1) Ika Noorharini (1) Ika Vihara (1) Indah Hanaco (1) JK Rowling (1) James Dashner (1) John Steinbeck (1) Jonathan Stroud (1) Kang Abik (1) Katherine Rundell (1) Korrie Layun Rampan (1) Kristi Jo (1) Kyung Sook Shin (1) Lala Bohang (1) Laura Lee Guhrke (1) Lauren Myracle (1) Maggie Tiojakin (1) Marfuah Panji Astuti (1) Mario F Lawi (1) Mark Twain (1) Maureen Johnson (1) Mayang Aeni (1) Najib Mahfudz (1) Nicholas Sparks (1) Novellina (1) Okky Madasari (1) Orizuka (1) Peer Holm Jørgensen (1) Pelangi Tri Saki (1) Primadonna Angela (1) Puthut EA (1) Rachel Cohn (1) Rainbow Rowell (1) Ratih Kumala (1) Rio Haminoto. Gramata (1) Rio Johan (1) Shinta Yanirma (1) Silvarani (1) Sisimaya (1) Sue Monk Kidd (1) Sylvee Astri (1) Tasaro GK (1) Thomas Meehan (1) Tia Widiana (1) Trini (1) Vira Safitri (1) Voltaire (1) Winna Efendi (1) Yuni Tisna (1)